Sabtu, 29 November 2008

tugas komunikasi organisasi 1

PENDAHULUAN Ilmu komunikasi merupakan bagian dari ilmu sosial yang memfokuskan pada pemahaman tentang bagaimana tingkah laku manusia dalam menciptakan, mempertukarkan dan menginterpretasikan pesan-pesan untuk tujuan tertentu. Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Dalam pengertian komunikasi organisasi terdapat uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau “commo” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya sedangkan organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hierarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Manusia didalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Dasar dan Konsep Ruang Lingkup Komunikasi Organisasi A. Peranan Organisasi dan Komunikasi Organisasi Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks. Konteks komunikasi yang telah dibahas pada modul-modul sebelumnya adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal Communication) dan komunikasi kelompok.Konteks komunikasi selanjutnya yang akan kita bahas adalah komunikasi organisasi. Tindak komunikasi dalam suatu organisasi berkaitan dengan pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan atau pun bagaimana karyawan/bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan. Ini hanya satu contoh sederhana untuk memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi yang mencari keuntungan ekonomi maupun organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan. Organisasi atau Organization atau bersumber dari kata kerja bahasa Latin organizare to form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian- bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi). Korelasi antara Ilmu Komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi. 1. Bentuk komunikasi apa yang terjadi 2. Metode dan teknik apa yang dipakai 3. Media apa yang dipakai 4. Bagaimana prosesnya, dan faktor apa saja penghambatnya. B. Ruang Lingkup Komunikasi Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships). Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut: 1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction). b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale). c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices). d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. 2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a. Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan. b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan. c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan. d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. 3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a. Memperbaiki koordinasi tugas b. Upaya pemecahan masalah c. Saling berbagi informasi d. Upaya pemecahan konflik. e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama. C. Defisi Fungsional dan Definisi Interpretif Komunikasi Organisasi 1. Definisi Fungsional Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organiasasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasidalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun, setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukkan. Karena fokusnya adalah komunikasi di antara anggota-anggota suatu organisasi. analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan (Priyono, 2008). 2. Definisi Interpretif Komunikasi organisasi dalam definisi interpretif merupakan proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organsasi. Dalam hal ini komunikasi lebih dari sekedar alat akan tetap juga merupakan cara berpikir (Rosilawati, 2006). D. Perspektif yang Mendasari Komunikasi Organisasi Secara umum sejumlah teori komunikasi menggunakan metode dan logika penjelasan yang terdiri dari empat perspektif yang mendasari pengembangan teori dalam ilmu komunikasi. Keempat perspektif itu adalah: 1. Covering Law Theories (CL) Pespektif ini berangkat dari prinsip sebab-akibat atau hubungan kausal. Rumusan umum dari prinsip ini antara lain dicerminkan dalam pernyataan hipotesis. Misal; jika A . . ., maka B . . . Menurut Dray penjelasan CL didasarkan pada dua asas: a. Teori berisikan penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum. b. Penjelasan teori berdasarkan analisis keberaturan. Dalam CL terdapat tiga macam penjelasan:  Deductive-Nomological (D-N), penjelasan terbagi atas dua bagian, yaitu objek penjelasan (apa yang dijelaskan) dan subjek penjelasan (apa yang menjelaskan). Contoh semua X . . adalah Y. X dan Y bersifat universal.  Deductive-Statistical (D-S), berdasarkan prinsip probabililstik dalam ststistik. Formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut: P (X,Y)=R, menyatakan R menunjukan bahwa proporsi X bersama Y bisa sama dengan R.  Inductive-Statistical (I-S), prisipnya sama dengan D-S, bedanya subjek penjelasan dijadikan pendukung induktif untuk menerangkan objek penjelasan. Contoh; P (T,R) = 0,90. Prinsip Covering Laws ini pada dasarnya memiliki keterbatasan: a. Keberlakuan prinsip universalitas bersifat relatif. b. Formula statistik CL sulit diterapkan dalam mengamatia tingkah laku manusia. Karena pada dasarnya tingkah laku manusia suka berubah dan sulit diterka. c. Manusia dalam kehidupannya juga terikat pada ikatan budaya tertentu. d. Kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks. e. Terlalu berdasar pada hitungan statistik yang belum tentu sesuai dengan realitas. 2. Rule Theories Pemikiran perspektif ini berdasarkan pada prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau kesepakatan dalam hal giliran berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya, agar tidak terjadi konflik atau kekacauan. Perspektif ini memiliki dua ciri utama: a. Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia. b. Aturan menunjukan sifat-sifat dari keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab akibat. Para ahli penganut aliran evolusi mengemukakan bahwa dalam mengamati tingkah laku manusia, perspektif ini menunjuk tujuh kelompok di mana masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda dalam pengamatannya.  Memfokuskan perhatiannya pada pengamatan tingkah laku sebagai aturan.  mengamati tingkah laku yang menjadi kebiasaan.  menitikberatkan perhatiannya pada aturan-aturan yang menentukan tingkah laku.  mengamati aturan-aturan yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku.  memfokuskan pengamatannya pada aturan-aturan yang mengikuti tingkah laku.  mengikuti aturan-aturan yang menerapkan tingkah laku.  memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang merefleksikan aturan. Dalam konteks komunikasi antarpribadi, pemikiran perspektif ini menekankan bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil atau refleksi dari penerapan aturan yang disepakati bersama. Dalam hal ini ada empat proposisi yang diajukan: a. Tindakan-tindakan yang bersifat gabungan, kombinasi dan asosiasi merupakan ciri-ciri perilaku manusia. b. Tindakan-tindakan di atas disampaikan melalui pertukaran informasi simbolis. c. Penyampaian informasi simbolis menuntut adanya interaksi antarsumber, pesan, dan penerima yang sesuai dengan aturan komunikasi yang disepakati. d. Aturan-aturan komunikasi ini mencakup pola-pola umum dan khusus. 3. Sistem Theories Secara umum sistem mempunyai empat ciri: a. Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari elemen- elemen yang masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. b. Sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah. c. Sistem hadir sebagai reaksi atas lingkungan. d. Sistem merupakan koordinasi dari hirarki. Ada banyak jenis sistem, tetapi yang sering terkait dengan teori komunikasi adalah sistem terbuka dan structural-functional. Sistem terbuka (open sistem) ditandai dengan:  Unsur-unsur yang ada dalam sistem  Fungsi dari masing-masing sistem  Hubungan antara unsur dalam sistem  Lingkungan sosial budaya di mana sistem berada. Komunikasi organisasi banyak dipengaruhi oleh logika berpikir sistem, di mana komunikasi organisasi berhubungan dengan komunikasi interpersonal dalam oranisasi yang di dalamnya terdapat hierarki. 4. Symbolic Interactionisme Perspektif ini berkembang dari sosiologi. Menurut Jarome Manis dan Bernard Meletzer terdapat tujuh proposisi umum yang mendasarinya: a. Tingkah laku manusia dan interaksi antarmanusia dilakukan melalui perantaraan lambang-lambang yang mengandung arti. b. Orang menjadi menusiawi setelah berinteraksi dengan orang-orang lain. c. Masyarakat merupakan himpunan dari orang-orang yang berinteraksi. d. Manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya sendiri. e. Kesadaran dan proses berpikir seseorang melibatkan proses interaksi dalam dirinya. f. Bahwa manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan tindakan-tindakannya. g. Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan penelaahan tentang tingkah laku perbuatan tersembunyi. E. Peranan Komunikasi Dalam Organisasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi/peranan, yaitu: 1. Fungsi informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:  Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah  Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi  Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi  Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan. b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi (Mulyana, 2008). DAFTAR PUSTAKA Mulyana, A. 2008. Komunikasi Dalam Organisasi (KDO). http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/22/komunikasi-dalam-organisasi-kdo/. Diakses tanggal 14 September 2008. Priyono, I. H. 2008. Komunikasi dalam Sebuah Organisasi. http://faculty.petra.ac.id/ido/courses/2_komunikasi_organisasi.pdf. Diakses tanggal 14 September 2008. Rosilawati, Y. 2006. Komunikasi Organisasi VI. yenirosilawati.blogspot.com/2006/. Diakses tanggal 14 September 2008. MODEL KOMUNIKASI Yang dimaksud model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. 1. Model Lasswell Salah satu model komunikasi yang tua tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu adalah model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell ( Forsdale 1981 ), seorang ahli ilmu politik dari Yale University. Dia menggunakan lima pertanyaan yang perlu di tanyakan dan di jawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who ( siapa ), says what ( mengatakan apa ), in which medium atau dalam media apa , to whom atau kepada siapa, dan dengan what effect atau apa efeknya. Bila dilihat lebih lanjut maksud dari model Lasswell ini akan kelihatan bahwa yang dimaksud dengan pertanyaan who tersebut adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi. Yang memulai komunikasi ini dapat berupa seseorang dan dapat juga sekelompok orang seperti organisasi stsu persatuan. GAMBAR 1 . Model Komunikasi Lasswell ( Ruben , 1988 ) Pertanyaan kedua adalah says what atau apa yang dikatakan. Pertanyaan ini adalah berhubungan dengan isi komunikasi atau apa pesan yang disampaikan dlam komunikasi tersebut. Pertanyaan ketiga adalah to whom. Pertanyaan ini maksudnya menanyakan siapa yang menjadi audience atau penerima dari komunikasi. Pertanyaan keempat adalah through what atau melalui media apa. Yang dimaksudkan dengan media adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat, buku, dan gambar. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua media cocok untuk maksud tertentu. Pertanyaan terakhir dari model Lasswell ini adalah what effect atau apa efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasildari komunikasi. Akan tetapi perlu diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi factor lain. 2. Model Shannon Model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model komunikasi dari Claude Shannon atau lebih dikenal dengan model Shannon Wever. Model ini berbeda dengan model Lasswell mengenai istilah yang digunakan bagi masing-masing komponen seperti dapat dilihat pada gambar 2. Penyandian Signal Penerimaan Penginterpretasikan Pesan Signal Pesan Sumber gangguan GAMBAR 2. Model Komunikasi Shannon dan Wever ( Forsdale, 1981 ). a. Sumber Informasi ( Information Source ) Dalam komunikasi manusia menjadi sumber informasi adalah otak. Pada otak ini terdapat kemungkinan message / pesan yang tidak terbatas jumlahnya. Tugas utama dari otak adalah menghasilkan suatu pesan atau suatu set kecil pesan dari berjuta-juta pesan yang ada. b. Transmitter Langkah kedua dari model Shannon adalah memilih transmitter. Pemilihan transmitter ini tergantung pada jenis komunikasi yang digunakan. Kita dapat membedakan dua macam komunikasi yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi mesin. Pada komunikasi tatap muka yang menjadi transmitternya adalah alat-alat pembentuk suara dan dihubungkan dengan otot-otot serta organ tubuh lainnya yang terlibat dalam penggunaan bahasa nonverbal , sedangkan pada komunikasi yang menggunakan mesin-mesin alat komunikasi yang berfungsi sebagai transmitter adalah alat itu sendiri seperti, telepon, radio, televisi, foto, dan film. c. Penyandingan (Encoding ) Pesan Penyandingan ( encoding ) pesan diperlukan untuk mengubah ide dalam otak kedalam suatu sandi yang cocok dengan Transmitter. Dalam komunikasi tatap muka signal yang cocok dengan alat-alat suara adalah berbicara. Signal yang cocok dengan otot-otot tubuh dan indera adalah anggukan kepala, sentuhan dan kontak mata. Pada komunikasi yang menggunakan mesin, di mana alat-alat yang digunakan sebagai perluasan dari indera, penyandian pesan juga berasal dari tubuh tetapi diperluas melalui jarak jauh dengan transmitter. Misalnya radio adalah perluasan dari suara manusia, televisi perluasan dari mata dan begitu juga dengan alat komunikasi lainnya. d. Penerima dan Decoding Istilah Shannon mengenai penerima dan decoding atau penginterpretasian pesan seperti berlawanan dengan istilah penyandian pesan. Pada komunikasi tatap muka kemungkinan transmitter menyandikan pesan dengan menggunakan alat-alat suara dan otot-otot tubuh. Penerima dalam hal ini adalah alat-alat tubuh yang sederhana yang sanggup mengamati signal. Misalnya telinga menerima dan menguraikan sandi pembicaraan, mata menerima dan menguraikan sandi gerakan badan dan kepala, kilatan mata dan signal lainnya yang dapat dilihat mata. Jelaslah jika seorang individu pada komunikasi tatap muka kekurangan satu atau lebih organ tubuh maka penerimaan pesan akan menjadi macet. e. Tujuan (Destination) Komponen terakhir dari Shanon adalah destination (tujuan) yang dimaksud oleh si komunikator. Destination ini adalah otak manusia yang menerima pesan yang berisi bermacam-macam hal, ingatan atau pemikiran mengenai kemungkinan dari arti pesan. Penerima pesan telah menerima signal mungkin melalui pendengaran, penglihatan, penciuman dan sebagainya kemudian signal itu diuraikan dan diinterpretasikan dalam otak. f. Sumber Gangguan (Noise) Dalam model komunikasi Shannon ini terlihat adanya faktor sumber gangguan pada waktu memindahkan signal dari transmitter kepada si penerima. Misalnya pada waktu anda berbicara dengan teman di jalan kedengarannya suara mobil lewat anak-anak berteriak yang semuanya itu mengganggu pembicaraan anda sesaat dan gangguan itu dinamakan noise. Gangguan ini selalu ada dalam tiap-tiap komunikasi. Oleh sebab itu kita harus siap menetralkan gangguan dan tidak terkejut dengan kehadirannya. Untuk menetralkan gangguan ini Shannon mengemukakan empat cara seperti berikut : 1. Menambah kekuatan ( power ) dari signal. Misalnya kalau kita berbicara dengan seseorang di jalan yang suasananya hiruk pikuk, kita perlu memperkeras suara kita dalam berbicara supaya tidak diteln suara hiruk pikuk dan agar dapat didengar oleh lawan kita berbicara. 2. Mengarahkan signal dengan persis. Seperti halnya dalam pembicaraan diatas, taktik lain yang bisa dipakai untuk mengatasi gangguan adalah berbicara dekat sekali dengan lawan berbicara sehingga suara kita itu dapat menetralkan gangguan suara lain. 3. Menggunakan signal lain. Sebagai tambahan terhadap dasar pertama, dapat digunakan taktik lain untuk menetralisir gangguan yaitu dengan memperkuat pesan dengan signal lain misalnya, dengan gerakan kepala, gerakan badan, sentuhan, dan sebagainya. 4. Redudansi. Redudansi dalam situasi yang normal kurang baik digunakan., tetapi dalam suasana yang hiruk pikuk pengulangan kata-kata kunci dalam pembicaraan perlu dilakukan untuk membantu memperjelas pesn yang disampaikan. 3. Model Schraumn Wilbur Schraumn memberikan model proses komunikasi yang agak berbeda sedikit dengan dua model sebelumnya. Dia memperlihatkan pentingnya peranan pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang pengalaman akan menentukan apakah pesan dikirimkan diterima oleh sipenerima sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh sipengirim pesan. Schraumn mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan benar. GAMBAR 3. Model Komunikasi Schraumn yang satu Arah ( Ruben, 1988 ) Model ini sama dengan model-model sebelumnya yaitu memperlihatkan proses komunikasi yang satu arah dan tidak dua arah. Oleh karena Schraumn menyadari pentingnya balikan dalam komunikasi, akhirnya menyempurnakan model ini menjadi model dua arah. Balikan adalah penting dalam proses komunikasi karena akan menceritakan kepada kita bagaimana pesan yang dikirimkan diinterpretasikan oleh yang menerima pesan. Bila penerima pesan memberikan balikan kepada si pengirim maka si penerima berubah menjadi si pengirim atau sumber sehingga komunikasi tidak satu arah lagi tetapi satu lingkaran. Seorang individu dapat dipandang sebagai pengirim atau penerima pesan. 4. Model Berlo Model-model komunikasi makin hari makin dikembangkan di antaranya yang paling terkenal model yangf dikembangkan oleh David Berlo pada tahun 1960. Modelnya hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber, pesan, saluran dan penerima atau receiver. Akan tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor kontrol. Faktor ketrampilan, sikap, pengetahuan, kebudayaan, dan sistem social dari sumber atau orang yang mengirim pesan merupakan factor penting dalam menentukan isi pesan, perlakuan atau treatment dan penyandian pesan. Faktor-faktor ini juga berpengaruh kepada penerima pesan dalam menginterpretasikan isi pesan yang dikirimkan. Saluran yang dapat digunakan dalam komunikasi adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan alat peraba. Model komunikasi Berlo di samping menekankan ide bahwa meaning are in the people atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri .Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada arti dari kata atau pesan yang di tafsirkan oleh si pengirim atau si penerima pesan. GAMBAR 5. Model Komunikasi Berlo ( Ruben, 1988 ) 5. Model Seiler William J. Seiler (1988) memberikan model komunikasi dua arah dan bersifat lebih universal. Model tersebut adalah seperti terdapat pada gambar 6. GAMBAR 6. Model Komunikasi Dua arah ( Seiler, 1988) http://www.geocities.com/bert_tons/komunikasi.html

tugas komunikasi organisasi 2

PENDAHULUAN Dalam pengertian komunikasi organisasi terdapat uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau “commo” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya sedangkan organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hierarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Manusia didalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi efektif. Komunikasi efektif tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal organisasi itu sendiri. Di samping itu dalam komunikasi didasari beberapa perspektif dalam pengembangannya sehingga berperanan penting dalam organisasi. Perspektif dan Peranan Komunikasi Dalam Organisasi serta Teori-teori Organisasi A. Perspektif yang Mendasari Komunikasi Organisasi Secara umum sejumlah teori komunikasi menggunakan metode dan logika penjelasan yang terdiri dari empat perspektif yang mendasari pengembangan teori dalam ilmu komunikasi. Keempat perspektif itu adalah: 1. Covering Law Theories (CL) Pespektif ini berangkat dari prinsip sebab-akibat atau hubungan kausal. Rumusan umum dari prinsip ini antara lain dicerminkan dalam pernyataan hipotesis. Menurut Dray penjelasan CL didasarkan pada dua asas: a. Teori berisikan penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum. b. Penjelasan teori berdasarkan analisis keberaturan. Dalam CL terdapat tiga macam penjelasan:  Deductive-Nomological (D-N), penjelasan terbagi atas dua bagian, yaitu objek penjelasan (apa yang dijelaskan) dan subjek penjelasan (apa yang menjelaskan). Contoh semua X . . adalah Y. X dan Y bersifat universal.  Deductive-Statistical (D-S), berdasarkan prinsip probabililstik dalam ststistik. Formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut: P (X,Y)=R, menyatakan R menunjukan bahwa proporsi X bersama Y bisa sama dengan R.  Inductive-Statistical (I-S), prisipnya sama dengan D-S, bedanya subjek penjelasan dijadikan pendukung induktif untuk menerangkan objek penjelasan. Contoh; P (T,R) = 0,90. Prinsip Covering Laws ini pada dasarnya memiliki keterbatasan: a. Keberlakuan prinsip universalitas bersifat relatif. b. Formula statistik CL sulit diterapkan dalam mengamatia tingkah laku manusia. Karena pada dasarnya tingkah laku manusia suka berubah dan sulit diterka. c. Manusia dalam kehidupannya juga terikat pada ikatan budaya tertentu. d. Kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks. e. Terlalu berdasar pada hitungan statistik yang belum tentu sesuai dengan realitas. 2. Rule Theories Pemikiran perspektif ini berdasarkan pada prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau kesepakatan dalam hal giliran berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya, agar tidak terjadi konflik atau kekacauan. Perspektif ini memiliki dua ciri utama: a. Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia. b. Aturan menunjukan sifat-sifat dari keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab akibat. Para ahli penganut aliran evolusi mengemukakan bahwa dalam mengamati tingkah laku manusia, perspektif ini menunjuk tujuh kelompok di mana masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda dalam pengamatannya.  Memfokuskan perhatiannya pada pengamatan tingkah laku sebagai aturan.  mengamati tingkah laku yang menjadi kebiasaan.  menitikberatkan perhatiannya pada aturan-aturan yang menentukan tingkah laku.  mengamati aturan-aturan yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku.  memfokuskan pengamatannya pada aturan-aturan yang mengikuti tingkah laku.  mengikuti aturan-aturan yang menerapkan tingkah laku.  memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang merefleksikan aturan. Dalam konteks komunikasi antarpribadi, pemikiran perspektif ini menekankan bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil atau refleksi dari penerapan aturan yang disepakati bersama. Dalam hal ini ada empat proposisi yang diajukan: a. Tindakan-tindakan yang bersifat gabungan, kombinasi dan asosiasi merupakan ciri-ciri perilaku manusia. b. Tindakan-tindakan di atas disampaikan melalui pertukaran informasi simbolis. c. Penyampaian informasi simbolis menuntut adanya interaksi antarsumber, pesan, dan penerima yang sesuai dengan aturan komunikasi yang disepakati. d. Aturan-aturan komunikasi ini mencakup pola-pola umum dan khusus. 3. Sistem Theories Secara umum sistem mempunyai empat ciri: a. Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari elemen- elemen yang masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. b. Sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah. c. Sistem hadir sebagai reaksi atas lingkungan. d. Sistem merupakan koordinasi dari hirarki. Ada banyak jenis sistem, tetapi yang sering terkait dengan teori komunikasi adalah sistem terbuka dan structural-functional. Sistem terbuka (open sistem) ditandai dengan:  Unsur-unsur yang ada dalam sistem  Fungsi dari masing-masing sistem  Hubungan antara unsur dalam sistem  Lingkungan sosial budaya di mana sistem berada. Komunikasi organisasi banyak dipengaruhi oleh logika berpikir sistem, di mana komunikasi organisasi berhubungan dengan komunikasi interpersonal dalam oranisasi yang di dalamnya terdapat hierarki. 4. Symbolic Interactionisme Perspektif ini berkembang dari sosiologi. Menurut Jarome Manis dan Bernard Meletzer terdapat tujuh proposisi umum yang mendasarinya: a. Tingkah laku manusia dan interaksi antarmanusia dilakukan melalui perantaraan lambang-lambang yang mengandung arti. b. Orang menjadi menusiawi setelah berinteraksi dengan orang-orang lain. c. Masyarakat merupakan himpunan dari orang-orang yang berinteraksi. d. Manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya sendiri. e. Kesadaran dan proses berpikir seseorang melibatkan proses interaksi dalam dirinya. f. Bahwa manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan tindakan-tindakannya. g. Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan penelaahan tentang tingkah laku perbuatan tersembunyi (Mulyana, 2008). B. Peranan Komunikasi Dalam Organisasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi/peranan, yaitu: 1. Fungsi Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:  Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah  Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi  Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi  Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan. b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi (Mulyana, 2008). C. Teori-teori Organisasi 1. Teori organisasi klasik Konsep tentang organisasi telah berkembang mulai 1880-an dan dikenal sebagai teori klasik (classical theory). Dampak teori ini terhadap organisasi masih sangat besar. Sebagai contoh organissi yg didasarkan birokrasi dan banyak bagian dari teori klasik Menurut teori organisasi klasik, rasionalitas, efisiensi, dan keuntungan ekonomis merupakan tujuan organisasi. Teori ini juga menyatakan bahwa manusia diasumsikan bertindak rasional sehingga secara rasional dengan menaikkan upah, produktivitas akan meningkat. Max Weber dengan konsep birokrasi idealnya menekankan pada konsep otoritas dan kekuasaan yang sah untuk melakukan kontrol kepada pihak lain yang berada di bawahnya sehingga organisasi akan terhindar dari penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakefisienan. Frederick Taylor mengajukan konsep "manajemen ilmiah" yang inti gagasannya adalah "bagaimana cara terbaik untuk melakukan pekerjaan". Untuk ini Taylor membuat standardisasi mulai dari seleksi (rekruitmen) dan penempatan yang menurutnya merupakan sistem hubungan kerja antara manusia dengan mesin sehingga pekerjaan dapat dianalisis secara ilmiah. Henry Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada pemecahan masalah-masalah fungsional kegiatan administrasi. Fayol mengajukan konsep planning, organizing, command, coordination, dan control yang menjadi landasan bagi fungsi dasar manajemen. Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip yang sangat fleksibel yang digunakan sebagai dasar bagi manajer dalam mengelola organisasi. Keempat belas prinsip itu adalah pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, mengutamakan kepentingan umum, pemberian upah, sentralisasi, rantai perintah, ketertiban, keadilan, kestabilan masa kerja, inisiatif, dan semangat korps. Gagasan Fayol sendiri didukung oleh koleganya di AS yaitu Gulick, Urwick, Mooney dan Reiley. Menurut James D. Mooney terdapat empat prinsip dasar untuk merancang organisasi, yaitu : a. Koordinasi, yang meliputi wewenang, saling melayani, serta perumusan tujuan dan disiplin b. Prinsip skalar, meliputi prinsip, prospek, dan pengaruh sendiri, tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional c. Prinsip fungsional, yaitu funsionalisme tugas yang berbeda d. Prinsip staf, yaitu kejelasan perbedaan antara staf dan lini Meskipun mendapat banyak kritik yang menganggap bahwa teori-teori klasik itu telah mengabaikan faktor humanistik, deterministik, dan tertutup, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa teori klasik merupakan peletak dasar dari teori-teori organisasi modern. 2. Teori tradisional (teori peralihan) Teori ini muncul sebagai reaksi atas konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik meskipun tidak sepenuhnya mengabaikan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh teori klasik. Pendekatan yang dilakukan oleh ahli teori ini adalah pendekatan perilaku atau bahavioral approach (human relation approach) atau dapat juga dikatakan hubungan manusiawi. Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen yang dikenal dengan Hawthorne Experiment yang secara garis besar dibagi dalam 4 tahap. a. Mengkaji efek lingkungan dari produktivitas pekerja b. Melakukan konsultasi dengan pekerja yang ikut eksperimen c. Melakukan wawancara dengan pekerja (yang tidak ikut eksperimen) melalui pertanyaan terbuka d. Eksperimen yang dikenal dengan bank - wiring - room experiment. Hasil eksperimen tersebut adalah : a. Sistem sosial para pekerja ikut berperan dalam organisasi formal b. Imbalan nonfinansial dan sanksi berperan dalam mengarahkan perilaku pegawai c. Kelompok ikut berperan dalam menentukan kinerja dan sikap anggota kelompok d. Munculnya pola kepemimpinan informal e. Komunikasi yang makin intensif f. Kepuasan dan kenyamanan bekerja meningkat g. Pihak manajemen dituntut untuk lebih memahami situasi sosial. Experiment Hawthorne menjadi pemicu munculnya beberapa pemikiran baru (yang masih dalam kerangka humanistik). Termasuk munculnya teori sistem yang melihat organisasi sebagai suatu sistem yang memiliki a. Subsistem teknis b. Subsistem sosial c. Subsistem kekuasaan. Kemudian juga muncul teori kontingensi yang dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang telah dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori kontingensi ini pada prinsipnya melihat bahwa organisasi harus berlandaskan pada sistem yang terbuka (open system concept) (Anonim, 2008). 3. Teori mutakhir Teori mutakhir atau modern merupakan pengembangan aliran hubungan manusiawi sekaligus sebagai pandangan baru tentang perilaku manusia dan sistem sosial. Dalam teori ini konsep manusia yang mewujudkan diri (motivasi manusia) sangat penting bagi manajemen organisasi. Terdapat empat prinsip dasar perilaku organisasi, yaitu : a. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, dan prinsip) b. Manajemen harus sistematis dan pendekatan yang digunakan dengan pertimbangan secara hati-hati c. Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual dalam pengawasan harus sesuai dengansituasi d. Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat perlu. Berdasarkan berbagai teori yang dikemukakan, baik teori klasik, teori tradisional, maupun teori mutakhir mengindikasikan bahwa kinerja lembaga atau organisasi sangat ditentukan oleh sistem komunikasi yang diterapkan, baik menyangkut praktik komunikasi, pola pendekatan, media komunikasi, maupun ketersediaan sarana umpan balik. Variabel-variabel tersebut akan menentukan produktivitas kinerja lembaga. Demikian pula dalam praktiknya, kegiatan komunikasi hendaknya memperhatikan beragam bentuk komunikasi, seperti komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal, komunikasi lintas saluran dan komunikasi informal. Semakin kreatif dan variatif organisasi itu menggunakan bentuk komunikasi, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas kinerja lembaga tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Teori-teori Organisasi. http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=432. Di akses tanggal 21 September 2008. Mulyana, A. 2008. Komunikasi Dalam Organisasi (KDO). http://kuliah.dagdigdug.com/2008/07/22/komunikasi-dalam-organisasi-kdo/. Diakses tanggal 14 September 2008. . Perspektif yang Mendasari Komunikasi Organisasi. http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/perspektif-dalam-ilmu-komunikasi/. Diakses tanggal 14 September 2008.

Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Benih

PENDAHULUAN Setiap bunga mempunyai potensi untuk berkembang menjadi buah dan benih tetapi pembungaan yang terjadi kadang menghasilkan produksi bebih yang rendah. Kenyataannya hanya sebagian bunga yang dapat menjadi buah dan benih yang baik walaupun pada musim benih yang baik. Hal ini jelas tampak pada jenis-jenis angiospermae yang memiliki bunga kecil dan buah besar. Beberapa faktor sering dijumpai dapat menyebabkan kegagalan penyerbukan dan pembuahan serta kerusakan produksi awal (Utomo, 2006). Biji dapat diartikan sebagai ovule atau bakal tanaman yang masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif yaitu gamet jantan dan betina di dalam kandung embrio serta zat-zat makanan yang mengelilingi embrio. Sedangkan benih merupakan fase generatif dari siklus kehidupan tumbuhan yang dipakai untuk memperbanyak tanaman itu sendiri secara generatif. Dalam pengertian ilmu botani atau secara embriologis yang dimaksud dengan benih adalah biji yang berasal dari ovule. Ovule dalam pertumbuhannya setelah masak lalu menjadi biji sedangkan integumentnya menjadi kulit biji dan ovary menjadi buah. Jadi dapat dikatakan bahwa istilah “benih” mempunyai pengertian yang lebih bersifat agronomis sedangkan “biji” lebih bersifat biologis. Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi, yang meliputi kemurnian, persentase perkecambahan, bebas dari kotoran dan benih rerumputan serta bebas dari serangga, kadar air biji rendah yaitu 12-14 %, misalnya benih serealia dan kedelai (Kamil, 1982). Mengingat pentingnya benih dalam budidaya tanaman maka diperlukan pengelolaan benih yang baik dengan faktor-faktor lingkungan yang mendukung agar benih dapat tumbuh menjadi tanaman yang berkualitas. Faktor- Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Benih Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produktivitas pertanian lebih baik. Kondisi sebelum, selama dan sesudah panen menentukan mutu benih. Walaupun mutu benih yang dihasilkan baik, penanganan yang kurang dapat meyebabkan mutu menurun (Hasanah, 2002). Penanganan benih perlu dilakukan secara khusus dan serius. Kelalaian atau keterlambatan dalam penanganan benih akan menyebabkan daya kecambah menurun atau bahkan benih mati. Penanganan benih mencakup kegiatan pemanenan, pengeringan, pemilahan, pelakuan benih, pengemasan penyimpanan, dan pengujian. Penanganan benih perlu memperhatikan kelompok benih seperti benih ortodoks atau rekalsitran (benih yang tidak tahan desikasi) atau intermediate (semirekalsitran). Melalui cara panen dan penanganan benih yang optimal, mutu fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Sukarman dan Maharani Hasanah, 2003). Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi benih diantaranya yaitu : 1. Kadar air Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehinga benih aman diproses lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta tidak berkecambah sebelum waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui sifat benih apakah ortodoks atau rekalsitran. Pada benih ortodoks kadar air saat pembentukan benih seitar 35-80 % dan pada saat tersebut benih belum cukupmasak dipanen. Pada kadar air 18-40 % benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi dan benih peka terhadap detiorasi, cendawan, hama, dan kerusakan mekanis. Padakadar air 13-18 % laju respirasi benih masih tinggi, peka terhadapcendawa dan hama gudang akan tetapi tahan terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar 10-13 % benih hama gudang masih menjadi masalah dan peka terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar 8-10 % aktivitas hama gudang terhambat akan tetapi peka terhadap kerusakan mekanis. Kadar air 4-8 % merupakan kadar yag aman untuk penyimpanan kemasan kedap udara. Kadar air 0-4 % merupakan kadar yang terlalu ekstrim dan untuk beberapa biji dapat menyebabkan biji keras.penyimpanan pada kadar 33-6-% dapat menyebabkan benih berkecambah. Kadar air sangat menpengaruhi aktivitas cendawan dan hama gudang. Hama gudang biasanya aktif pada kadar 12-14 % dan menjadi kurang aktif pada kadar di bawah 8 % atau di atas 14 %. Sedangkan cendawan gudang aktif pada kadar 13-19 %. Cendawan tersebut misalnya Aspergillus dan Penicillium. 2. Suhu Secara umum untuk mempertahankan mutu fisiologis benih dapat disimpan pada suhu ruangan 20–25 C. Menyimpan bahan tanaman hendaknya memiliki sirkulasi udara yang baik, kelembaban relatif udara rendah (70−80%), cukup cahaya, dan atap tidak bocor. Tumpukan benih dapat diberi abu dapur untuk menghindari tumbuhnya jamur atau kapang (Hasanah et al., 2004). Toleransi terhadap suhu sangat erat kaitannya dengan kadar air. Benih yang berkadar air tinggi sangat sensitif terhadap suhu tinggi atau rendah bila dibandingkan dengan benih kering. Benih rekalsitran yang tidak menghendaki pengeringan sangat sensitif terhadap suhu ekstrim. Kebanyakan benih ortodoks lebih toleran terhadap suhu di lapangan. Tetapi untuk benih yang sensitif terhadap suhu rendah yang dialami ketika atau setelah melewati waktu satu malam di daerah tinggi akan berakibat fatal. Suhu tinggi dapat berakibat fatal apabila benih diletakkan di bawah sinar matahari langsung. Pada suhu antara 30-37 C perkecambahan benih di tempat terbuka dapat meningkat, indeks kecepatan berkecambah serta bobot kering akar dan bibit yang merupakan ciri vigor bibit yang lebih tinggi. Berdasarkan beberapa hasil penelitian diperoleh bahwa perkecambahan benih kurang baik pada suhu rata-rata siang dan malam 25 C tetapi tumbuh baik pada suhu 30 C asalkan suhu malam turun10 C. 3. Kelembaban udara Jumlah maksimum air yang dapat ditahan udara tergantung suhu, yaitu semakin tinggi suhu maka semakin tinggi kadar air. Jika udara mengandung uap air pada suhu tertentu maka dikatakan menjadi jenuh. Biasanya udara dalam kondisi yang tidak jenuh tetapi mengandung kadar air yang lebih sedikit daripada yang memungkinkan. 4. Cahaya Dalam penyimpanan cahaya diperlukan dalam jumlah yang cukup. Sedangkan dalam perkeambahan cahaya berperan sebagai faktor pengontrol perkecambahan. Secara alami suatu biji yang sudah masak makan terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda. Kebanyakan biji-biji atau benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Pemberian cahaya pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi F im dan benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas radiasi yang terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting karena di dalam kualitas radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang menentukan sifat morfogenetik tanaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah jika kanopi tanaman menutupi sempurna. 5. Kadar oksigen dan karbondioksida Selama masa penyimpanan diperlukan ruang yang memiliki sirkulasi udara baik sehingga oksigen akan selalu tersedia agar daya kecambah benih dapat dipertahankan. Perkecambahan benih merupakan proses yang berkaitan dengan sel hidup yang memerlukan energi. Energi yang diperlukan dalam suatu proses sel hidup diperoleh dari proses oksidasi baik ada oksigen ataupun tidak. Umumnya biji akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20 % oksigen dan 0,03 % karbondioksida. Tetapi pada biji tertentu, misalnya serealia, kadar oksigen dapat ditingkatkan di atas 20 %. Akan tetapi kenyataannya di lapangan, oksigen bukan merupakan faktor pembatas perkecambahan. Oksigen menjadi pembatas dikarenakan tingginya kadar air tanah tempat biji ditanam. Pada kondisi seperti ini bebih tidak akan berkecambah karena kekurangan oksigen. Penggunaan benih dengan viabilitas yang sudah menurun akan meningkatkan biaya penyulaman, harga benih, kemunduran waktu tanam sehingga produksi tidak akan optimal dan mutu rendah. Ketidaksesuaian lokasi produkasi, penyiapan tanah, waktu tanam, aplikasi pupuk pengendalian hama dan gulma, waktu dan pra panen, prosesing, pegemasan, serta penyimpanan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap produksi dan mutu benih yang rendah (Hasanah dan Devi Rusmin, 2002). Usaha untuk meningkatkan mutu benih yang sudah mundur dapat dilakukan dengan cara invigorasi (meningkatkan vigor benih). Cara ini telah banyak dilakukan pada tanaman hortikultura maupun tanaman pangan. Pelakuan presoaking atau conditioning secara nyata dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih. KESIMPULAN Mempertahankan kualitas benih melalui tahap-tahap mulai pemanenan hingga penyimpanan benih yang akan dikecambahkan memerlukan ketrampilan, pengetahuan, dan dedikasi yang tinggi. Pengusaha benih sebagai titik awal mempunyai kepedulian yang tinggi terhada mutu benih. Pengusahaan benih secara besar-besran memerlukan tenaga yang ahli untuk penegenalian mutu dari proses produksi hingga distribusi. Begitu pula ditingkat petani. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi benih sejak biji masih terdapat pada tanaman hingga digunakan sebagai benih sangat penting untuk diketahui agar daya kecambah benih tidak menurun dan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat dan dapat berproduksi optimal. DAFTAR PUSTAKA Hasanah, M. 2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih Tanaman Industri. J. Litbang Petanian 21(3) : 84-91. Hasanah, M., Sukarman dan D. Rusmin. 2004. Teknologi Produksi Jahe. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 16(1) : 9-6. Hasanah, M. dan D. Rusmin. 2006. Teknologi Pengelolaan Beberapa Benih Tanaman Obat Di Indonesia. J. Litbang Pertanian 25 (2) : 68-73. Kamil, J. 1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa. Bandung. Sukarman dan M. Hasanah. 2003. Perbaikan Mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan Melalui Cara Panen dan Penanganan Benih. J. Litbang Pertanian 22 (1) : 16-23. Utomo, B. 2008. Ekologi Benih. www.usu.resipitory.ac.id. Diakses tanggal 8 Maret 2008.

artikel 'padi SRI'

Panen Perdana Padi SRI Organik Selasa, 31 Juli 2007 Cianjur: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari Senin (3/7) pagi melakukan kunjungan kerja ke Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, untuk melakukan panen perdana Padi System of Rice Intensivication (SRI) Organik. Presiden beserta rombongan tiba di lokasi pada pukul 09.35 WIB, langsung disambut oleh Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, Ketua DPRD dan anggota Muspida setempat serta ratusan siswa-siswi Sekolah Dasar setempat yang memegang bendera merah putih. Setibanya di lokasi, SBY beserta rombongan terbatas berjalan kaki menuju lokasi Panen perdana Padi SRI Organik. Sebelum menuai padi, SBY mengunjungi panel SRI Organik, kemudian diberikan penjelasan mengenai keunggulan jenis padi tersebut. Kemudian, Presiden didampingi Mentan Anton Apriyantono, Bupati Cianjur, mengawali panen Padi SRI Organik yang kemudian diikuti oleh para petani. Dengan menggunakan sabit, Presiden SBY melakukan panen perdana padi SRI Organik yang sudah menguning di areal seluas 7,5 hektar. SRI Organik adalah metode penanaman padi tanpa menggunakan bahan kimia dan pestisida, sehingga berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan sehat untuk dikonsumsi. Keunggulan padi SRI Organik antara lain dapat menghemat biaya produksi (biaya bibit dan pemakaian air), ramah lingkungan karena tidak ada pemakaian toksin dan sintetis, serta memiliki produktivitas tinggi. Lahan seluas 7,5 hektar di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur dipilih menjadi lahan percontohan padi SRI Organik yang merupakan hasil kerja sama antara Medco Foundation, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) dan Yayasan Aliksa Organik SRI. Presiden SBY dalam sambutannya antara lain mengatakan bahwa populasi manusia akan terus bertambah di tahun mendatang. "Semua memerlukan pangan, sebagian besar justru memerlukan beras. Oleh karena itu kalau pertanian berkembang baik, petani berkontribusi secara sungguh-sungguh, berarti benar-benar menyelamatkan dunia," kata SBY. Apalagi dengan adanya padi SRI ini, diharapkan kerusakan lingkungan dapat dicegah di negeri ini. "Dengan demikian kita menjadi bagian dari penyelamatan dunia, bukan dari perusak dunia. SRI benar-benar dapat menyelamatkan bumi, dunia dan negeri kita," kata SBY. Mentan Anton Apriyantono mengungkapkan, saat ini pemerintah dan rakyat mendapatkan tantangan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. "Tantangan tersebut adalah semakin kurangnya lahan sawah subur yang memiliki pengairan teknis baik karena adanya laju alih penggunaan lahan pertanian," ujar Anton dalam sambutannya. Namun, Anton melanjutkan, untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah saat ini tengah berusaha untuk mengendalikan laju alih penggunaan lahan pertanian. "Deptan bersama DPR-RI membuat RUU penggunaan lahan abadi dalam mewujudkan kemandirian pangan yg menjadi sarat keharusan dalam ketahanan pangan nasional," tambah Mentan. Untuk mendorong petani menggunakan pupuk organik, pemerintah memfasilitasi petani dengan memberikan pelatihan kepada petani SRI yg tersebar di 14 provinsi untuk menggunakan alat pengolah sampah organik. Dalam kesempatan tersebut, Presiden SBY menyerahkan bantuan berupa Alat Pengolahan Pupuk Organik (APPO) senilai Rp. 12,25 milyar untuk 25 provinsi di seluruh Indonesia secara simbolis kepada 5 orang petani dari berbagai daerah di Indonesia. Antara lain Tengku Ramli Bugis dari Keluarga Tani Hase Merurata Nanggroe Aceh Darussalam, Cepi Husni Mubarrok dari Keluarga Tani Rindu Alam Jawa Barat, Yoseph Imran dari Keluarga Tani Larinor 4 Nusa Tenggara Timur, Miyati dari Keluarga Tani Paguyuban Jawa Timur, serta Pangrasius Samkai dari Keluarga Tani Cemara Pantai Papua Nugini. Presiden SBY juga sempat melakukan dialog dengan para petani dari berbagai provinsi di Indonesia. Mereka menceritakan segala macam pengalamannya selama menjadi petani. Ada juga yang memberi masukan kepada Presiden agar SRI dapat tersebar di seluruh Indonesia. Tampak hadir dalam rombongan Presiden antara lain Menteri PU Djoko Kirmanto, Mensos Bachtiars Chamsyah, Menkop UKM Suryardharma Ali, Menristek Kusmayanto Kadiman, Seskab Sudi Silalahi serta Jubir Presiden Andi A. Mallarangeng. Usai melakukan kunjungan kerja di Cianjur, Presiden SBY beserta rombongan langsung menuju Cipanas untuk mengunjungi Pasar Cipanas yang terbakar belum lama ini. Sumber: http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/07/30/2082.html